Sabtu, 17 Maret 2012

proposal


I.       JUDUL PENELITIAN

PERKEMBANGAN INDUSTRI TELUR ASIN DI DESA LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1970-2005

II.    LATAR BELAKANG

Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Salah satunya  Brebes yang merupakan daerah potensial dalam pembuatan telur asin. Sebagai sentral produksi telur asin, Brebes sebenarnya memiliki akar sejarah yang tidak dapat dilepaskan dari budaya yang melahirkan ketrampilan membuat makanan seperti telur asin itu sendiri.
Pada tahun 1970-an merupakan perkembangan industri telur asin yang sedang mengalami kemajuan. Para konsumen kususnya masyarakat yang berada disekitar Brebes mulai menyukai rasa yang enak, walupun pengolahannya dilakukan secara sederhana dan mutunya tetap terjaga. Para pengusahapun mulai melakukan promosi telur asin dan mengembangkan rasa dan meningkatkan produksi telur asinnya.
Tahun 2005, produksi telur asin Brebes mengalami penurunan jumlah produksi yang sangat dastis. Hal ini disebabkan para peternak itik sebagai sumber bahan baku utama tidak melakukan aktifitas berternak karena banyak itiknya yang terkena infeksi sehingga produksi telur itik menurun.
Usaha telur asin ini semakin berkembang dan terkenal tidak hanya oleh masyarakat Brebes namun juga oleh masyarakat yang berasal dari luar daerah Brebes. Secara umum industri telur asin bersifat home industri yang erat kaitannya dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh penduduk lokal. Kondisi ini secara langsung sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar untuk membantu mengatasi kebutuhan hidup masyarakat.
Pada mulanya usaha telur asin ini dilakukan secara turun temurun dan dirintis oleh beberapa warga setempat sebagai usaha sambilan. Dengan bekal ketrampilan yang dimiliki, mereka mempunyai ide untuk mengawetkan telur agar tahan lama dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Ketrampilan mereka dalam mengolah industri telur asin ini tidak begitu saja, tetapi memerlukan proses yang panjang. Pada awalnya mereka hanya merebus telur itik saja, tetapi hasilnya tidak tahan lama. Dengan kreativitas, mereka dapat menghasilkan telur asin yang berbahan dasarkan telur itik yang tahan lama, memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dan nilai jual.
Dari keadaan inilah muncul beberapa orang yang serius menekuni usaha telur asin dengan industri rumah tangga dan turun temurun. Ada beberapa prionir yang mencetuskan usaha telur asin pertama kali di Brebes yaitu In Tjiauw Seng dan istrinya, Tan Polan Nio. Beliau merupakan sosok pertama yang mengembangkan usaha teur asin dengan cara mengasinkan (direbus). Kemudian seiring berkembangnya zaman, industri telur asin ini memunculkan ide-ide baru seperti telur asin panggang ( Bakar, Oven dan Asap). Dengan menjadi pengusaha telur asin, setidaknya mereka tidak terbatas oleh musim seperti halnya petani. Dan modalnya pun tidak setinggi modal yang diperlukan oleh petani.
Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.
Perkembangan industri telur asin di Brebes terutama didorong oleh tersedianya bahan baku yang cukup memadai dan mudah diperoleh. Selain itu, secara geografis dan ekonomis desa Limbangan Wetan kecamatan Brebes merupakan wilayah administrasi kabupaten Brebes. Letak geografis Kecamatan Brebes yang subur dimanfatkan masyarakat sebagai lahan pertanian. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Brebes bermata pencaharian sebagai petani. Mereka memanfatkan lahan persawahan sebagai lahan yang ditanami bawang merah dan padi. Keadaan ini juga mendukung kegiatan perekonomian masyarakat selain bertani yakni berternak itik. Sewaktu panen padi masyarakat setempat menggembalakan itik di sawah di mana itik mendapatkan pangan dari sisa panen sehingga ketersediaan telur itik berpengaruh pada kondisi iklim dan kegiatan pertanian yang ada.
Kecamatan Brebes terdapat beberapa desa sebagai daerah pnghasil telur asin diantaranya yaitu kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes. Kedua desa tersebut terkenal menghasilkan telur asin unggulan, walaupun ada desa lain yang memproduksi telur asin, dan kelurahan ini merupakan desa pionir pembuatan telur asin, daerah ini juga sudah terkenal sebagai sentral penghasil telur asin dan merupakan desa yang jumlah pengrajin telur asinnya yang cukup banyak di banding desa- sesa lainnya. Kedua kelurahan ini juga terletak di daerah perkotaan dan merupakan jalur transit antar Jawa Barat- Jawa Tengah, sehingga rame dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu, kedua kelurahan tersebut juga cukup dekat dengan daerah peternakan itik sebagai bahan bakunya. Kesejahteraan masyarakat di sekitar meningkat dengan berkembangnya industri telur asin, pendapatan daerah bertamabah, dan juga membantu dalam mengatasi permasalahan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar.
Dari uraian diatas industri telur asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes sangat menarik untuk diteliti. Itulah yang menjadi dasar pemikiran peneliti untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian dengan judul “PERKEMBANGAN INDUSTRI TELUR ASIN DI DESA LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1970-2005”.

III. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perkembangan industri telur asin di Kecamatan Brebes pada tahun 1970-2005?
2.      Bagaimanakan pengaruh perkembangan industri Telur Asin Brebes bagi masyarakat?
3.      Bagaimanakah kondisi sosial dan ekonomi desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes 1970-2005?

IV.             Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak di capai adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui bagaimana pertumbuhan industri telur asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes pada tahun 1970-2005.
2.      Mengetahui mengenai bagaimana perkembanagan industri telur asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes.
3.      Untuk mengetahui pengaruh perkembangan industri telur asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes.
V.                Manfaat Penelitian

1.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang sejarah perkembangan industri telur asin di Brebes tahun 1970-2005.
2.      Agar dapat memberikan input kepada pemerintah dan para pembaca untuk memberikan dukungan dan pemasaran serta peningkatan sumbrer daya manusia.
3.      Agar dapat memperkaya khasanah penulisan sejarah khususnya sejarah perekonomian.


VI.             Ruang Lingkup Penelitian

Sebuah penelitian sejarah bila akan disusun sebagai hasil karya sejarah maka diperlukan adanya pembatasan ruang lingkup yang akan diteliti. Pembatasan ruang lingkup ini bertujuan agar pbyek penelitian tidak mengembang kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan bidang kajian yang akan diteliti untuk menghindari kekaburan.
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi dalam lingkup spesial dan lingkup temporal. Ruang lingkup spesial dalam penelitian ini adalah desa Pakijangan dan desa yang memproduksi telur asin lainnya yang letaknya di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes. Ruang lingkup temporal atas waktu adalah tahun 1970 sebagai tahun penting tumbuhnya usaha pembuatan telur asin di Brebes dan berakhir pada tahun 2005. Batas akhir penelitian tahun 2005 untuk mempemudah penulis menjelaskan perkembangan industri telur asin, dimana pengaruh adanya industri ini dirasakan oleh seluruh masyarakat Brebes dibidang ekonomi sampai sekarang.
Adapun tematika yang penulis ambil tentang “PERKEMBANGAN INDUSTRI TELUR ASIN DI DESA LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT TAHUN 1970-2005”, Penulis ingin mengetahui perkembangan menyangkut produksi, distribusi, dan konsumsi serta pengaruh yang ditimbulkannya.

VII.          Kajian Pustaka

Dalam penulisan proposal ini diperlukan telaah pustaka yang berguna dalam penulisan ilmiah. Telaah pustaka ini akan sangat membantu dalam penulisan, yaitu: 1) untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti; 2) untuk menegaskan kerangka teoritis yang akan disajikan landasan pemikiram kita; 3) untuk memepertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa; 4) untuk menghindari pengulangan-pengulangan dari suatu penelitian. Kajian terhadapPERKEMBANGAN INDUSTRI TELUR ASIN DI DESA LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1970-2005 ,digunakan sumber-sumber primer seperti dokumen-dokumen atau arsip dan sumber sekunder seperti buku-buku pustaka seperti tertulis dibawah ini.
Boot A, Mc Cawley. 1990. Ekonomi Orde Baru. Jakarta.: LP3ES. Buku ini membahas perkembangan industri di Indonesia dilakukan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan masyarakat dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahauan dan teknologi. Pada hakekatnya industrialisasi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang didasarkan pada mekanisme kerja untuk memperoleh kemakmuran secara tepat dan merata dilakukan secara sistematis dan produktif.
Seperti halnya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya, maka sektor industri Indonesia sampai pertengahan tahun 1960-an tidak mengalami perkembangan yang berarti, malahan pada umumnya mengalami stagnasi. Baru pada pemerintahan orde baru landasan telah diletakan bagi pertumbuhan ekonomi yang pesat pada umumnya, pertumbuhan sektor industri yang pesat pada khususnya. Disamping kebijaksanaan ekonomi makro yang bertujuan mencapai stabilitas ekonomi secepat mungkin (khususnya menurunkan hyper-inflansi) dan pengurangan campur tangan dan pengawasan pemerintah di berbagai bidang kegiatan ekonomi (decontrol), pemerintah saat ini mengambil tiga langkah kebijaksanaan yang dimaksudkan untuk mendorong perkembangan sektor industri yang pesat. Langkah kebijakan yang pertama adalah liberalisasi dan penyederhanaan dalam kebijaksanaan dan administrasi perdagangan luar negeri (foreign trade regime). Langkah kebijaksanaan kedua adalah dorongan kepada sektor nasional untuk menanamkan modal mereka ke dalam berbagai bidang usaha, termasuk sektor industri. Disamping itu pemerintah juga mengurangi perlakuan prefensial kepada perusahaan- perusahaan Negara (PN), dalam usaha pemerintah untuk mendorong kegiatan usaha swasta di samping sektor pemerintah. Langkah kebijaksanaan ketiga adalah dorongan kepada investor- investor asing untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai kegiatan ekonomi di Indonesai, dengan mengeluarkan undang- undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967.
Pengelompokan industri ada yang mengelompokan menurut tenaga kerjannya, menurut modal, menurut lokasi, dan sebagainya. Adapun jenis tenaga kerja dibagi atas tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, tenaga kerja setengah terlatih, dan tenaga kerja tak terlatih. Menurut modalnya, industri terbagi atas industri bermodal besar, industri bermodal sedang, dan industri bermodal kecil. Sedangkan menurut lokasinya, ada industri yang berorientasi pada pertanian (agroindustri), industri pertambangan dan sebagainya. Menurut tenaga kerjanya, industri digolokan menjadi empat, yaitu:
1.      Industri besar, adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 100 orang.
2.      Industri besar, adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang.
3.      Industri kecil, adalah industri yang dikerjakan oleh pekerja antara 5 sampai 19 orang.
4.      Industri rumah tangga, adalah industri yang dikerjakan oleh pekerja antara 1 sampai 4 orang.
Imam Hardjanto, Amirullah. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graham Ilmu. Buku ini membahas mengenai kewirausahaan dan usaha kecil (bab 5). Kewirausahaan merupakan fenomena yang cukup populer dewasa ini, dan memungkinkan akan menjadi pola dan tatanan baru dalam kehidupan masyarakat, dan bagi pihak tertentu merupakan hal yang baru yang memerlukan pendidikan khusus. Dunia usaha merupakan dunia bisnis yang penuh resiko dan ketidak pastian, yaitu antara keberhasilan dan kegagalan mudah dan cepat terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan pendidikan dan pengetahuan kewirausahaan yang baik.
Pendidkan kewirausahaan dewasa ini sangat diperlukan dan penting, supaya anggota masyarakat dapat mengerti bagaimana berwirausaha serta memenfaatkan secara optimal kemampuan dirinya, guna menangkap peluang-peluang bisnis yang selalu muncul setiap saat. Melalui pendidkan kewirausahaan, anggota masyarakat dapat memiliki pengetahuan berusaha atau bisnis secara mandiri, dan dapat memenfaatkan situasi-situasi yang terjadi di sekitar lingkungannya (manfaat peluang bisnis). Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maslah wirausahaan (entrepreneurship) merupakaan persoalan didalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan dan kemunduran ekonomi suatu Negara sangat ditentukan oleh keberadaan dan peran dari kelompok wirausahawan ini. Jika bangsa tidak memiliki modal manusia sebagai entrepreneur, sulit untuk diharapkan adanya kemajuan yang berarti pada bangsa tersebut. Sebaliknya, kemajuan yang telah terjadi pada suatu bangsa dapat dilihat dari keberadaan dan peran kelompok wirausahawan.
Usaha kecil mampu memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Negara. Sebagai gambaran, di Indonesia, peranan usaha kecil dapat dilihat pada kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian nasional. Secara makro ekonomi, usaha kecil dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penerapan tenaga kerja di harapkan menjadi langksh awal bagi upaya pemerintah mengerakan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha.
Secara umum peran usaha kecil dalam perekonomian suatu Negara adalah kontribusi dalam mengatasi masalah ekonomi makro, seperti pengangguran dan suplay utama bahan baku bagi perusahaan menengah dan besar. Peran lain dari usaha kecil meliputi a) penciptaan lapangan kerja, b) peningkatkan inovasi, dan c) penompang bagi perusahaan kecil dan besar. Sedangkan bentuk usaha kecil yang umum ditemukan meliputi a) bisnis jasa, b) bisnis eceran, c) bisnis distribusi, d) agri bisnis dan pertanian, e) bisnis pertanian, dan f) bisnis manufaktur.
Fungsi dan peran usaha kecil sangat besar dalam kegiatan ekonomi masarakat . fungsi dan peran itu meliputi penyediaan barang dan jasa, penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, sebagai nilai tambah bagi produk daerah, dan peningkatan taraf hidup masarakat. Lima peran usaha kecil dapat dilihat dalam berbagai bentuk usaha kecil yang ada, terutama di Indonesia.
Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan daya saing dan kinerja usaha kecil dan menengah di Indonesia adalah:
1.      Lemahnya system pembiyayaan dan kurangnya komitmen pemerintah bersama lembaga legislative terhadap dukungan permodalan usaha kecil sehingga keperpihakan lembaga2 keuangan dan perbangkan masih belum seperti yang diharapkan.
2.      Kurangnya kemampuan usaha kecil untuk meningkatkan akses pasar, daya saing pemasaran serta pemahaman regulasi pasar baik pasar domestic maupun pasar global.
3.      Terbatasnya informasi sumber bahan baku dan panjangnya jaringan distribusi, lemhnya kekuatan tawar menawar khususnya bahan baku yang dikuasai oleh pengusaha besar mengakibatkan sulitnya pengendalian harga.
4.      Belum terciptaya “blue print” platform tehnologi dan informasi yang meliputi masalah regulasi, pembiyayaan, standarisasi, lisensi, jenis teknologi tepat guna, dan fasilitas pendukung teknologi kerja yang mampu di gunakan sebagai keunggulan bersaing.
5.      Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kopetensi, ketrampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsistensi mutu dan standarisasi produk dan jasa serta wawasan kewirausahaan.
6.      Proses perizinan pendirian badan usaha, patent, merek, hak cipta, investasi, izin ekspor impor yang masih birokratis dan biaya tinggi serta memerlukan wktu panjang.
7.      Keberadaan jasa penjamin, asuransi, jasa lembaga keuangan non bank lainnya masih belum mampu melayani usaha kecil secara optimal.
8.      Tidak berfungsinya secara baik lembaga promosi pemerintah di dalam menunjang promosi produk dan jasa usaha kecil; baik untuk pasar domestic maupun pasar global.
Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Bisnis. Yogyakarta: andi. Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai cara meningkatkan daya saing dengan total quality managemen. Peranan kualitas bagi perusahaan memiliki keterkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggannya, dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan.
Selain itu, kualitas juga dapat mengurangi biaya. Adanya penguranagn biaya ini pada gilirannya akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan. Kemudian kedua faktor ini dapat memberikan sarana dan dana bagi infestasi lebih lanjut dalam perbaikan kualitas, misalnya untuk riset dan pengembangan. Secara ringkas manfaat dari kualitas yang superior anatra lain berupa loyalitas pelanggan yang lebih besar, pangsa pasar yang lebih besar, harga saham lebih tinggi, harga jual produk yang lebih tinggi, dan produktifitas yang lebih tinggi.
Pendidikan dan pelatihan sangat penting bagi perusahaan, namun mereka beranggapan bahwa perusahaan bukanlah sekolah. Yang mereka butuhkan adalah tenaga trampil siap pakai, jadi perusahaan- perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekedarnya pada kariawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya.
Dalam pemberdayaan kariawan bukan sekedar berarti melibatkan karyawan, tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh- sungguh berarti. Dengan demikian pemberdayaan tidak sekedar mengumpulkan atau menerima masukan dari kariawan, tetapi juga memperhatikan, mempertimbangkan dan  menindaklanjuti masukan tersebut diterima atau tidak. Tanpa adanya pemberdayaan, pelibatan karyawan hanyalah merupakan alat managemen yang tidak ada gunanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan para kariawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaan dalam parameter yang di tetapkan secara jelas.
Martawijaya, Elang Llik, dkk. 2008. Panduan Berternak Itik Petelur Secara Intensif. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Dalm buku ini menjelaskan mengenai telur hasil produksi, secara umum hingga saat ini telur itik yang di butuhkan konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu telur itik segar atau belum diproses dan telur itik olahan. Selain dikonsumsi, telur segar dapat juga dijadikan telur tetas. Telur tetas ini banyak dicari peternak atau calon peternak untuk dijadikan bibit. Sementara itu, telur konsumsi yang banyak dicari dan disukai oleh konsumen adalah yang berbentuk oval sempurna (salah satu ujungnya menumpul dan ujung lainnya agak runcing) dengan cangkang berwarna hijau. Di smping itu, telur dalam kondisi utuh, cangkangnya bersih dan halus, serta memiliki ukuran yang cukup besar dengan berat 60-70gram. Telur itik termasuk sumber makanan yang memiliki gizi cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kandungan protein dan lemaknya yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur unggas lainnya, missal ayam ras.
Pengawetan telur itik, pengawetan merupakan bagian dalam usaha penanganan pasca panen dengan tujuan untuk menjaga kualitas telur yang baik dalam kurun waktu yang lama. Telur itik dapat di awetkan dengan berbagai cara dan bahan pengawet. Telur itik yang tidak diawetkan hanya dapat bertahan selama 14 hari jika disimpan pada suhu ruangan. Lebih dari itu, telur akan membusuk. Pengawetan ini sangat membantu karena memiliki persediaan telur berlebih dan mengalami kesulitan dalam penjualannya. Beberapa cara pengawetan yang digunakan para peternak sebagai berikut:
a)      Pengawetan dengan daun jambu biji
b)      Pengawetan menggunakan miyak kelapa
c)      Pengawetan dengan menggunakan garam dapur
d)     Pengawetan dengan air hanagt.
Pengolahan telur itik, bentuk olahan telur itik yang paling popular yang digemari di Indonesia adalah telur asin. Bentuk olahan lain, seperti tepung telur dan telur beku masih belum popular, serta menggunakan teknologi yang relative sulit. Karena bentuk olahan telur beku dan tepung tidak banyak dilakukan oleh peternak.
Umumnya peternak itik di Indonesia hanya mengelola telur asin karena teknologinya sederhana dan keuntungannya relative besar, seperti adanya peningkatan nilai jualnya dibandingkan dengan telut segar. Sementara itu, bagi konsumen, telur asin banyak di gemari karena tahan lama dengan gizinya tetap terjaga dan cara penghidangannya sangat praktis.
Telur itik yang akan diasinkan harus memenuhi persyaratan, seperti, masih segar, baru, bersih dari kotoran, serta kulit dan cangkangnya masih utuh dan tidak retak. Ada beberapa cara pengasinan telur yang dikenal peternak itik dan pengusaha telur asin. Satu hal yang pasti semua cara pengasinan tersebut dilakukan berdasarkan berbahan garam.

VIII.       Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah, karena penelitian ini berhubungan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Pengertian metode penelitian sejarah adalah suatu proses sejarah yang mengacu dan mengalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau atau sumber sejarah (Gottschalk 1975:32). Menurut Gottschlak, ada empat langkah kegiatan dalam prosedur penelitian sejarah. Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 
1.    Heuristik
Pada tahap heuristik, penulis melakukan beberapa kegiatan berupa usaha mencari, mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis kaji.
Heuristik merupakan tahap dimana peneliti mengumpulkan berbagai jejak-jejak masa lalu. Jejak sejarah sebagai peristiwa masa lalu merupakan sumber-sumber sejarah sebagai kisah (Wasino 2007 : 18). Sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah suatu sumber sejarah yang berasal dari keterangan yang di peroleh secara langsung oleh orang yang terlibat secara langsung, orang yang tidak terlibat secara langsung, tetapi menyaksikan, mendengar dan ikut merasakan terjadinya suatu peristiwa tersebut dengan mata kepalanya sendiri.
a.          Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber sejarah yang di peroleh dari kesaksian langsung dari para pelaku, saksi yang terlibat langsung dalam peristiwa sejarah tersebut. Sumber primer yang diperoleh yaitu dengan menggunakan : 
1)   Studi dokumen yang berupa arsip untuk memperoleh data berupa dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diangkat seperti tentang kondisi social dan ekonomi masyarakat Limbangan Wetan dan Kecamatan Brebes secara keseluruhan.
2)   Wawancara merupakan teknik yang digunakan  untuk memperoleh informasi dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara dengan pelaku yang telibat dan berpartisipasi secara langsung. Sebagai pihak yang diwawancara adalah mayarakat limbangan wetan dan kecamatan brebes yang memiliki home industri telur asin, dilakukan dengan  cara mencari informasi dari para pelaku usaha telur asin.
3)   Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengunjungi masyarakat yang memiliki home industri telur asin di limbangan wetan dan kecamatan brebes untuk mengamati secara langsung objek penelitian, sehingga dapat memperoleh gambaran secara jelas mengenai objek yang di teliti.
b.         Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah sumber sejarah yang diperoleh dari hasil keterangan dari orang lain yang tidak terlibat secara langsung dalam peristiwa tersebut. Sumber sekunder diperoleh dari orang yang dekat dengan pelaku sejarah dan orang yang tidak terlibat langsung dengan jalannya suatu peristiwa sejarah seperti keluarga para pelaku dan saksi sejarah.
2.    Kritik sumber
Kritik sumber adalah penerapan dari sejumlah aturan dan prinsip-prinsip untuk menguji keaslian (otentitas) dan kebenaran (kredibilitas) sumber-sumber sejarah dan mengembalikan sejauh mungkin pada bentuk aslinya dan nilai pembuktian yang sebenarnya. Kritik sumber dilakukan ketika sejarawan telah mendapatkan sumber-sumber penulisan untuk penelitian, sebelum sumber itu digunakan. Maka, peneliti atau sejarawan harus mengatahui keaslian dan kebenaran sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua tahap yaitu kritik ekstern dan kritik intern.
a.          Kritik ekstern
Merupakan penilaian sumber dari aspek fisik dari sumber tersebut dan bertujuan untuk mengetahui atau menetapkan keaslian sumber yang dilakukan terlebih dahulu sebelum kritik intern. Ada tiga pertanyaan penting untuk dapat diajukan dalam proses kritik ekstern yaitu, adakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki?, adakah sumber itu asli atau turunan?, adakah sumber itu utuh atau telah di ubah (Wasino 2007:51). Sumber-sumber ataupun dokumen yang di peroleh kemudian diuji keasliannya, untuk selanjutnya dapat diuji keasliannya.
b.          Kritik intern
Merupakan penilaian sumber dari segi isi yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran sumber. Mengetahui kebenaran sumber harus memperhatikan bagaimana nilai pembuktian yang sebenarnya dari isi dan menetapkan keakuratan dan dapat dipercaya dari sumber itu.
c.          Interpretasi
Tahap ini merupakan tahap untuk menghubungkan dan mengaitkan antara satu fakta dengan fakta lain sehingga menghasilkan satu kesatuan yang bermakna. Dalam proses ini tidak semua fakta dapat dimasukan tetapi harus dipilih yang relevan yang sesuai dengan gambaran dalam cerita yang disusun. Dalam menginterpretasikan penelitian dalam bentuk karangan sejarah ilmiah, sejarah kritis perlu diperhatikan susunan karangan yang logis menurut urutan kronolgis yang sesuai dengan tema yang jelas dan  sudah dimengerti (Gottschalk 1975:131). 
d.         Historiografi
Hisroriografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Penulisan sejarah dari hasil penelitian dan interpretasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip realisasi atau cara membuat urutan peristiwa, kronologi atau urutan waktu, kausalitas atau hubungan sebab akibat dan kemampuan imajinasi yaitu kemampuan untuk menghubungkan peristiwa yang terpisah-pisaah menjadi suatu rangkaian (Gottschalk 1975:143).



IX.             Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penulisan PERKEMBANGAN INDUSTRI TELUR ASIN DI DESA LIMBANGAN WETAN KECAMATAN BREBES DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1970-2005. Ini terdiri dari lima bab. Pembahasan tiap bab menitikberatkan pada penjelasan masalah tertentu tetapi hubungan antara satu bab dengan bab yang lain sangat berkaitan, sehingga menjadi sebuah hasil pemikiran yang utuh dan menyeluruh. Bab-bab tersebut yaitu:

Bab I Pendahuluan yang membahas mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan Stastitika Penulisan.

Bab II membahas mengenai Gambaran Umum Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes, dalam bab ini terdiri atas tiga sub pembahasan yaitu, Diskripsi Daerah Penelitian, Pertumbuhan industri telur asin di desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes pada tahun 1970-2005, letak Sentral-sentral Industri Telur Asin.

Bab III Perkembangan Industri Telur Asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes Tahun 1970-2005. Sub bab yang pertama mengenai Industri Telur Asin di Brebes, kedua mengenai Tenaga Kerja yang berisikan mengenai bagaimana pendidikan pekerjanya dan pendapatannya. Sub ketiga mengenai Produksinya, dalam sub ini membahas tentang jenis-jenis produksinya, pengadaan bahan baku, kendala dalam produksi telur asin, kendala dalam pengembangan industri telur asin, dan modernisasi dalam cara produksi telur asin.

Bab IV membahas mengenai Pengaruh Perkembangan Industri Telur Asin di Desa Limbangan Wetan Kecamatan Brebes terhadap Sosial Ekonomi masyarakat. Dalam bab ini terdiri dari empat sub bab yaitu mengenai, pengaruh industri telur asin bagi masyarakat, pengaruh dibidang ekonomi, pengaruh dibidang sosial, dan pengaruh negatifnya.

Bab V Penutup yang berisikan mengenai simpulan dari pembahasan diatas.





















DAFTAR PUSTAKA

Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Boot A, Mc Cawley. 1990. Ekonomi Orde Baru. Jakarta.: LP3ES.
Burger. 1970.  Sejarah ekonomis sosiologis Indonesia II. Jakarta: Pradja Paramita.
Gotschlak, lauis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori Dan Aplikasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Koentjaraningrat. 1986. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Kusuma, Indra. 2009. Sejarah Mentalitas Brebes. BAPPEDA Kabupaten Brebes.
Leirrissa dkk. 1996. Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lindblad, J Thomas. 2000. Sejarah Ekonomi Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Martawijaya, Elang Llik, dkk. 2008. Panduan Berternak Itik Petelur Secara Intensif. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Murniatmo, Gatut dkk. 2005. Khazanah budaya Lokal. Yogyakarta: Adicita.
Putra, Heddy Shri Ahimsa dkk. 1992. Pola Perubahan Kehidupan Masyarakat Akibat Industri DIY. Yogyakarta: Depdikbud.
Sumardjan, Selo. 1962. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gajahmada University press.
Tambunan,  Tulus T.H. 2003. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar